1. Definisi Culture

Budaya atau Culture adalah gaya hidup yang berawal dari sekelompok masyarakat yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui sebuah komunikasi. Budaya juga mengacu pada Lifestyle orang-orang, dari cara berperilakunya, cara berkomunikasi termasuk bahasa, mode berpikir, dan lainnya (Devito, 2009). Contohnya di Budaya Sunda yang menjunjung tinggi sopan santun. Di dalam bahasa sunda diajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk orang tua. Masyarakat Sunda selalu melakukan gotong royong untuk mempertahankan budayanya yang sudah ada dari dulu.

2. Relevansi Culture Pada Effective Communucation

  • Perubahan Demografi

Konteks perubahan demografi apabila di dunia perkuliahan atau di dunia pekerjaan yaitu adanya individu-individu yang baru, yang berbeda-beda, dan memiliki budaya tersendiri yang sudah pasti mengharuskan kita untuk beradaptasi untuk menjalin komunikasi yang baik.

  • Meningkatnya Kepekaan Terhadap Perbedaan Budaya

Pentingnya meningkatkan kepekaan terhadap perbedaan budaya dan keterampilan dalam berkomunikasi. Menyadari, mengenal, serta memahami perbedaan budaya yang ada adalah hal terpenting untuk menjalin komunikasi yang baik. Setiap budaya pastinya memiliki keunikannya tersendiri.  

  • Saling Ketergantungan Ekonomi

Ketergantungan ekonomi yang dilakukan oleh setiap Negara harus berdampak baik kepada hubungan antar Negara. Hubungan yang baik dibangun dengan komunikasi yang baik, maka dari itu komunikasi harus berjalan dengan efektif untuk menjalin hubungan yang baik antar Negara.

  • Kemajuan Teknologi Komunikasi

Di zaman yang semakin maju seiring dengan teknologi yang semakin canggih ini adalah salah satu cara atau wadah untuk orang-orang menjalin komunikasi dengan orang dari berbagai wilayah yang sudah pasti memiliki cara berkomunikasi yang berbeda.

  • Kompetensi Komunikasi Spesifik Untuk Budaya

Perbedaan bahasa di setiap negara sudah pasti meningkatkan kompetensi komunikasi ditambah dengan setiap budayanya memiliki dan membentuk kompetensi komunikasinya masing-masing yang berarti apa yang berjalan di budaya tersebut belum tentu berjalan di budaya lain.

3. Perbedaan Culture

  • Individual and Collective Orientation

Kolektivis disini mengartikan bahwa setiap individu terikat oleh kelompok, bertanggungjawab pada kelompok, dan semua penyelesaian atau kegagalan ada pada kelompok. Contohnya, Korea Selatan, dan lain-lain. Berbeda dengan Individualis yang bertanggung jawab atas diri mereka sendiri dan mungkin keluarga dekat mereka. Contohnya, New Zealand, Italy, dan lain-lain.

  • High and Low Context Cultures

Pada budaya High Context Culture lebih mengutamakan pertukaran informasi yang non verbal, memakai gaya komunikasi tidak langsung, dan suasana komunikasi yang non formal. Lain hal dengan budaya Low Context Culture yang memakai gaya komunikasi langsung, mengutamakan pertukaran informasi secara verbal, dan suasa komunikasinya yang formal.

  • Power Distance

Budaya ini memiliki konsep dimana sebuah kebudayaan meyakini bagaimana kekuasaan organisasi atau institusi didistribusikan kepada anggota budaya secara seimbang. Jika kekuasaan dipusatkan pada sedikit orang dan berdasar pada simbol kekuatan, maka itu termasuk High Power Culture. Apabila kekuasaan lebih didistrubusikan ke seluruh penduduk dan mengurangi simbol kekuatan, maka termasuk Low Power Distance.

  • Masculine and Feminime Cultures

Budaya dari maskulin menekankan kesuksesan, tegas, ambisius, dan kompetitif. Lebih mungkin untuk menghadapi konflik secara langsung dan memperjuangkan perbedaan. Sedangkan budaya dari feminism menekankan kualitas hidup dan menekankan hubungan interpersonal yang dekat. Lebih cenderung menekankan kompromi dan negosiasi dalam menyelesaikan konflik.

  • High-Ambiguity-Tolerant and Low-Ambiguity-Tolerant Cultures

Budaya High Ambiguity Tolerant memiliki rasa nyaman dan tidak merasa terancam oleh situasi yang tidak dikenal. Budaya ini meminimalkan pentingnya aturan yang mengatur komunikasi dan hubungan. Sedangkan Budaya Low Ambiguity Tolerant lebih menghindari ketidakpastian dan memiliki banyak kecemasan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Budaya ini membuat aturan yang sangat jelas untuk berkomunikasi yang tidak boleh dilanggar.

  • Long and Short Term Orientation

Budaya Long Term Orientation ini lebih memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan dan telah mempersiapkannya. Berbeda dengan budaya dari Short Term Orientation yang lebih melihat ke masa lalu dan masa sekarang.

  • Indulgence and Restraint

Budaya Indulgence yang memfokuskan kepada kepuasan, keinginan, dan bersenang-senang dalam menikmati hidup. Sedangkan, Restraint yaitu kebalikan dari budaya Indulgence, karena budaya ini mendorong untuk menahan diri dan membataskan kepuasannya.

4. Tahapan Culture Shock

  • Tahap 1 – Honeymoon           : Mengalami ketertarikan kepada
    budaya baru.
  • Tahap 2 – Krisis                      : Tahap dimana kita mengalami
    perasaan tidak mampu dan
    merasakan budaya baru yang
    sebenarnya.
  • Tahap 3 – Pemulihan             : Perasaan tidak mampu mulai
    mereda, karena ditahap ini
                                                      memperoleh pembelajaran budaya
    baru.
  • Tahap 4 – Penyesuaian          : Mulai menyesuaikan diri dengan
    budaya baru walaupun
                                                      masih ada rasa kesulitan, tetapi
    menjadi pengalaman baru.

5. Dasar Effective Interpersonal Communication

  • Mengetahui Diri Sendiri

Mengetahui karakter diri sendiri agar mengetahui kita itu cocok dengan karakter yang seperti apa.

  • Mengenali Perbedaan

Mengenali sebuah perbedaan antara kita dengan orang lain dan juga budayanya.

  • Menghadapi Stereotype

Kita harus menghilangkan rasa ini dengan cara melawan diri kita sendiri agar tidak ada prasangka yang buruk terhadap orang.

  • Menyesuaikan Komunikasi dengan Orang Lain

Untuk mencapai komunikasi efektif dengan orang lain, pastinya kita harus menyesuaikan bahasa maupun intonasinya.

  • Mengurangi Ethnocentrism

Harus mengurangi rasa tersebut, karena kita tidak boleh merasa bahwa kita yang paling baik.

Daftar Pustaka

DeVito, J. A. (2007). In The Interpersonal Communication Book 11th Edition.

DeVito, J. A. (2009). In The Interpersonal Communication Book 12th Edition.